FOTOSINTESIS
A. Sejarah Fotosintesis
Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Falndria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.
Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.
Akhirnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).
B. Pigmen
Struktur kloroplas:
1. membran luar
2. ruang antar membran
3. membran dalam (1+2+3: bagian amplop)
4. stroma
5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)
6. membran tilakoid
7. granum (kumpulan tilakoid)
8. tilakoid (lamella)
9. pati
10. ribosom
11. DNA plastida
12. plastoglobula
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi matahari.
C. Fotosintesis Di Alam
Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir seluruh kehidupan di dunia baik secara langsung atau tidak langsung. Organisme memperoleh senyawa organic yang digunakan untuk energi dan rangka karbon dengan satu atau dua cara utama: nutrisi autotrofik atau heterotrofik.
Tumbuhan disebut autotrof karena nutrient satu-satunya yang mereka butuhkan ialah karbon dioksida dari udara, dan air serta mineral dari tanah. Tumbuhan merupakan fotoautotrof, yaitu organism yang menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk mensintesis karbohidrat, lipid, protein, dan bahan organik lainnya.
Organisme heterotrof memperoleh materi organik melalui cara pemenuhan nutrisi kedua. Ketidakmampuan dalam membuat makanan mereka sendiri, menyebabkan heterotrof ini hidup tergantung pada senyawa yang dihasilkan oleh organisme lain, heterotrof merupakan konsumen biosfer.
Spektrum cahaya matahari:
- Infra merah (cahaya tidak tampak)
- Merah
- Jingga
- Kuning
- Hijau
- Biru
- Nila
- Ungu
- Ultra ungu (cahaya tidak tampak)
Masing-masing spectrum warna tersebut di atas mempunyai panjang gelombang dan pengaruh terhadap fotosintesis yang berbeda.
D. Kloroplas Merupakan Tempat Fotosintesis Pada Tumbuhan
Semua bagian yang berwarna hijau pada tumbuhan, termasuk batang hijau dan buah yang belum matang, memiliki kloroplas, tetapi daun merupakan tempat utama berlangsungnya fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan. Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang disebut stomata. Air yang diserap oleh akar dialirkan ke daun melalui berkas pembuluh. Daun juga menggunakan berkas pembuluh untuk mengirimkan gula ke akar dan bagian-bagian dari tumbuhan yang tidak berfotosintesis.
Pada umumnya sel mesofil memiliki kira-kira 30 sampai 40 kloroplas, masing-masing adalah organel berbentuk semangka berukuran kira-kira 2 – 4 µm kali 4 – 7 µm kali. Suatu selubung yang terdiri dari dua membran melingkupi stroma, fluida kental di dalam kloroplas. Sistem halus yang berupa membran tilakoid yang saling terhubung memisahkan stroma dari ruangan lain, yaitu ruang tilakoid (lumen). Di beberapa tempat , kantong tilakoid bertumpuk dalam kolom yang disebut grana. Klorofil terdapat di dalam membran tilakoid.
E. Fotosintesis didalam membran Tilakoid
Klorofil yang tereksitasi oleh penyerapan energy cahaya memberikan hasil yang berbeda dalam kloroplas utuh daripada kloroplas hasil isolasi. Pada lingkungan aslinya dalam membrane tilakoid, klorofil tersusun bersama protein dan molekul organik yang lebih kecil lainnya menjadi fotosistem.
Fotosistem memiliki “kompleks antenna” pengumpul-cahaya yang tersusun atas suatu kumpulan dari beberapa ratus klorofil a, klorofil b, dan molekul karotenoid.
Membran tilakoid dipenuhi oleh dua jenis fotosistem yang bekerja secara bersama dalam reaksi terang fotosintesis. Kedua jenis itu disebut:
a) Fotosistem I (P700) karena pigmen ini paling baik dalam menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang 700nm.
b) Fotosistem II (P680) karena spectrum absorpsinya memiliki puncak pada 680nm.
F. Fotosintesis Terdiri dari Fase Terang dan Gelap.
Fotosintesis bukanlah merupakan proses tunggal, tetapi dua proses yang masing-masing terdiri dari banyak langkah. Kedua tahap ini dikenal sebagai reaksi terang dan reaksi gelap (siklus calvin)
a. Reaksi terang
Tahap pertama dari sistem fotosintesis adalah reaksi terang, yang sangat bergantung kepada ketersediaan sinar matahari. Reaksi terang merupakan penggerak bagi reaksi pengikatan CO2 dari udara. Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membran tilakoid yang terdiri dari sistem cahaya (fotosistem I dan II), sistem pembawa elektron, dan komplek protein pembentuk ATP (enzim ATP sintase). Reaksi terang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, juga menghasilkan oksigen dan mengubah ADP dan NADP+ menjadi energi pembawa ATP dan NADPH.
Reaksi terang terjadi di tilakoid, yaitu struktur cakram yang terbentuk dari pelipatan membran dalam kloroplas. Membran tilakoid menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Jika ada bertumpuk-tumpuk tilakoid, maka disebut grana.
Secara ringkas, reaksi terang pada fotosintesis ini terbagi menjadi dua, yaitu fosforilasi siklik dan fosforilasi nonsiklik. Fosforilasi adalah reaksi penambahan gugus fosfat kepada senyawa organik untuk membentuk senyawa fosfat organik. Pada reaksi terang, karena dibantu oleh cahaya, fosforilasi ini disebut juga fotofosforilasi.
Fotofosforilasi Siklik
Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem, yaitu fotosistem I. Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan berakhir di fotosistem I.
Pertama, energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari, membuat elektron-elektron di P700 tereksitasi (menjadi aktif karena rangsangan dari luar), dan keluar menuju akseptor elektron primer kemudian menuju rantai transpor elektron. Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami defisiensi elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya. Selama perpindahan elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi transformasi hidrogen bersama-sama elektron. Rantai transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion H+ melewati membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang dapat digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang kemudian menghasilkan ATP. Dari rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I. Dengan kembalinya elektron ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali melaksanakan fungsinya. Fotofosforilasi siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi pada semua organisme fotoautotrof.
Fotofosforilasi Nonsiklik
Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II. Dalam fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II.
+
Aliran elektron nonsiklik:
1) Ketika fotosistem II menyerap cahaya suatu electron yang dieksitasi ke tingkat energy yang lebih tinggi dalam klorofil pusat-reaksi (P680) ditangkap oleh akseptor elektron primer. Klorofil yang dioksidasi sekarang menjadi agen pengoksidasi yang sangat kuat; “lubang” (kekurangan) elektronnya harus diisi.
2) Suatu enzim mengekstrasi electron dari air dan mengirimnya ke P680, menggantikan setiap electron yang keluar dari molekul klorofil ketika molekul ini menyerap energi cahaya. Reaksi ini menguraikan molekul air menjadi dua ion hydrogen dan satu atom oksigen, yang segera bergabung dengan atom oksigen lain untuk membentuk O2. Ini merupakan langkah penguraian air pada fotosintesis yang melepaskan O2.
3) Setiap elektron terfotoeksitasi mengalir dari akseptor elektron primer fotosistem II ke fotosistem I melalui rantai transport elektron. Rantai ini sangat serupa dengan rantai transport electron yang berfungsi pada respirasi seluler. Rantai transport elektron versi kloroplas terdiri atas satu pembawa electron yang disebut plastokinon (Pq), suatu kompleks yang terdiri atas dua sitokrom (berkaitan erat dengan sitokrom mitokondria), dan protein mengandung-tembaga yang disebut plastosianin (Pc).
4) Begitu elektron menuruni rantai tersebut, eksrgoniknya “jatuh” ke tingkat energi yang lebih rendah dipungut oleh membrane tilakoid untuk menghasilkan ATP. Sintesis ATP ini disebur fotofosforilasi karena sintesis ini digerakkan oleh energi cahaya. Secara khusus, sintesis ATP selama aliran elektron nonsiklik disebut fotofosforilasi nonsiklik. ATP yang dihasilkan oleh reaksi terang ini akan menyediakan energy kimiawi untuk sintesis gula dalam siklus Calvin.
5) Apabila elektron mencapai “dasar” rantai transport elektron, elektron ini mengisi “lubang” elektron di P700, molekul klorofil a dalam pusat reaksi fotosistem I. lubang ini tercipta ketika energi cahaya menggerakkan electron dari P700 ke akseptor elektron primer fotosistem I.
6) Akseptor elektron primer fotosistem I melewatkan electron terfotoeksitasi ke rantai transport elektron kedua, yang menyalurkannya ke feredoksin (Fd), protein yang mengandung besi. Enzim yang disebut NADP+ reduktase kemudian menyalurkan elektron dari Fd ke NADPH+. Ini merupakan reaksi redoks yang menyimpan electron berenergi-tinggi dalam NADPH, molekul yang akan menyediakan tenaga pereduksi untuk sintesis gula dalam siklus Calvin.
Fotofosforilasi siklik dan fotofosforilasi nonsiklik memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu sebagai berikut
FOTOFOSFORILASI SIKLIK FOTOFOSFORILASI NONSIKLIK
Hanya melibatkan fotosistem I Melibatkan fotosistem I dan II
Menghasilkan ATP Menghasilkan ATP dan NADPH
Tidak terjadi fotolisis air Terjadi fotolisis air untuk menutupi kekurangan elektron pada fotosistem II
b. Reaksi gelap (siklus Calvin)
Siklus ini berawal dengan pemasukan CO2 dari udara ke dalam molekul organik yang telah disiapkan dalam kloroplas. Siklus Calvin terjadi di stroma. Siklus Calvin membutuhkan energi kimiawi dalam bentuk ATP yang dihasilkan pleh reaksi terang. Dengan demikian, siklus Calvin inilah yang membuat gula, siklus ini dapat melakukannya dengan bantuan NADPH dan ATP yang dihasilkan oleh reaksi terang. Pada sebagian besar tumbuhan siklus Calvin terjadi pada siang hari, sebab hanya karena itulah reaksi terang dapat menghasilkan kembali NADPH dan ATP yang digunakan dalam mereduksi CO2 menjadi gula.
Siklus Calvin dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Fase 1: Fiksasi Karbon.
Siklus Calvin memasukkan setiap molekul CO2 dengan menautkannya pada gula berkarbon-lima yang dinamai ribulosa bisfosfat (RuBP). Enzim yang mengkatalis langkah pertama ini ialah RuBP karboksilase, atau rubisko. Produk reaksi ini ialah intermediet berkarbon-enam yang demikian tidak stabilnya sehingga segera tidak terurai separuhnya untuk membentuk dua molekul 3-fosfogliserat (untuk setiap CO2).
Fase 2: Reduksi.
Setiap molekul 3-fosfogliserat menerima gugus fosfat baru. Suatu enzim mentransfer gugus fosfat dari ATP, membentuk 1,3-bisfosfogliserat sebagai produknya. Selanjutnya, sepasang electron yang disumbangkan dari NADPH mereduksi 1,3-bisfosfogliserat menjadi G3P. Khususnya, electron dari NADPH mereduksi gugus karboksil 3-fosfogliserat menjadi gugus karbonil yang berupa G3P, yang menyimpan lebih banyak energy potensial. G3P ini berupa gula sama dengan gula berkarbon-tiga yang dibentuk dalam glikolisis oleh penguraian glukosa. Untuk setiap tiga molekul CO2, terdapat enam molekul G3P. Tetapi hanya satu molekul dari gula berkarbon tiga ini dapat dihitung sebagai selisih perolehan karbohidrat. Siklus ini mulai dengan nilai 15 karbon dari karbohidrat dalam bentuk tiga molekul gula berkarbon lima dalm RuBP. Sekarang terdapat nilai 18 karbon karbohidrat dalam bentuk enam molekul G3P. Satu molekul keluar siklus untuk digunakan oleh sel tumbuhan, tetapi lima molekul lainnya harus didaur ulang untuk meregenerasi tiga molekul RuBP.
Fase 3: Regenerasi akseptor CO2 (RuBP)
Dalam suatu rangkaian rekasi yang rumit, rangka karbon yang terdiri atas lima molekul G3P disusun-ulang oleh langkah terakhir siklus Calvin menjadi tiga molekul RuBP. Untuk menyelesaikan ini, siklus menghabiskan tiga molekul ATP. RuBP sekarang siap untuk menerima CO2 kembali, dan siklusnya berlanjut.
Untuk selisih sintesis satu molekul G3P, siklus Calvin ini secara keseluruhan mengkonsumsi Sembilan molekul ATP dan enam molekul NADPH. Reaksi terang ini meregenerasi ATP dan NADPH. G3P yang tersingkir dari siklus Calvin menjadi materi awal untuk jalur metabolism yang mensintesis senyawa organic lainnya, termasuk glukosa dan karbohidrat lainnya. Reaksi terang saja atau siklus Calvin saja tidak dapat membuat gula dari CO2.
G. Siklus Hatch-Slack
Siklus Hatch-Slack
Berdasarkan cara memproduksi glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan C4 Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah subtropis Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 melalui siklus Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2. Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa. Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa. Hal ini dapat terjadi jika ada fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi menambat O2. Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang umumnya ditemukan di daerah Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa. Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah enzim yang akan mengikat CO2 dari udara dan kemudian akan menjadi oksaloasetat Oksaloasetat akan diubah menjadi malat. Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2. Piruvat akan kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang berlangsung di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP. Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil. Dalam keseluruhan proses ini, digunakan 5 ATP.
H. Faktor penentu laju fotosintesis
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak mempengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis. Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2). Faktor lingkungan tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat mempengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi mempengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut mempengaruhi laju fotosintesis.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis :
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida.
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
PENUTUP
1. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Falndria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan. Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air.
2. pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu
3. Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar
4. Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.
5. tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.
6. Pigmen Fotosintesis:
- Pigmen hijau (klorofil) merupakan pigmen utama yang terdapat pada tumbuhan.
- Pigmen lainnya seperti antosian (merah) pada bunga dan buah, fikobilin/fikosianin (biru pada cyanobacteria), karoten (orange) pada wortel, fikoeretrin (merah) pada rhodophyta, fukoxantin ( coklat pada phaephyta), dsb
7. Fotosintesis di dalam tilakoid
Di dalam tilakoid terdapat 2 fotosistem /sistem penerimaan cahaya matahari yaitu:
Fotosistem I (P700) terdiri atas kumpulan klorofil yang mampu menerima cahaya dengan panjang gelombang 700 nm.
Fotosistem II (P680) terdiri atas kumpulan klorofil yang mampu menerima cahaya dengan panjang gelombang 680 nm
8. Fotosintesis
a. Reaksi Terang : berlangsung ketika siang hari (membutuhkan cahaya matahari), terjadi di dalam membran tilakoid (fotosistem I dan fotosistem II)
b. Reaksi Gelap (Siklus Calvin-Benson)
9. Hasil akhir reaksi terang
- Pada fotolisis air, oksigen (O2 ) dilepaskan ke atmosfer, sedangkan elektron dalam bentuk ion H⁺ dieksitasi ke fotosistem
- Pada saat eksitasi elektron dihasilkan energi ATP dan NADP (fotofosforilasi)
10. Pada reaksi gelap terjadi 3 tahap yaitu:
a) Fiksasi: proses pengikatan CO2 oleh senyawa kimia Ribulosa Bi Phosfat/RuBP atau Ribulosa Di Phospat / RDP (5C) menjadi senyawa kimia Asam fosfogliserat (3C)
b) Fase Reduksi: pemakaian ion H⁺ dari NADP untuk mereduksi Phospogliseraldehide/PGAL. Selanjutnya 2 molekul PGAL akan membentuk 1 molekul glukosa.
c) Fase Regenerasi: pembentukan kembali molekul Ribulosa Di Phospat/RDP untuk melanjutkan fungsinya sebagai fiksator molekul CO2.
DAFTAR PUSTAKA
Champbell Reece, Mitchel, Fisiologi Edisi ke-5 Jilid 1, Erlangga
Lehninger, Albert L, 1994, Dasar-dasar BIOKIMIA Jilid 2, Erlangga, Jakarta
http://metabolismelink.freehostia.com/fotosintesis.htm
http://metabolismelink.freehostia.com/reaksi_terang.htm